Jember, 01 November 2024 – Pertunjukan wayang kulit dan campursari digelar oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember dalam rangka memperingati Dies Natalis Fakultas Ilmu Budaya dan Universitas Jember yang ke-60 tahun. Pagelaran wayang kulit dan campursari ini berlokasi di Pendapa Krida Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember.
Kehadiran FIB sebagai institusi yang telah berdiri selama 60 tahun dapat dianggap sebagai fase paling kuat untuk memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara. Berbeda dengan manusia yang berusia 60 tahun yang akan mengalami penurunan kekuatan fisik, Fakultas Ilmu Budaya juga diharapkan dapat semakin kuat memberikan kemakmuran bagi kehidupan masyarakat.
Selama kurun waktu 15 tahun terakhir, Fakultas Ilmu Budaya tidak pernah mengadakan pagelaran wayang secara live, sehingga malam itu menjadi malam yang istimewa karena Fakultas Ilmu Budaya secara eksklusif menampilkan wayang yang memberi ruang bagi seniman budaya supaya dapat berekspresi di tengah-tengah golongan muda yang hadir dalam pagelaran malam itu.
Ki Andik Feri Bisono & Campursari Dewa Budaya dipilih untuk tampil pada acara pagelaran malam itu yang ditujukan untuk melestarikan kebudayaan bangsa dan menanamkan rasa cinta pada generasi muda terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia. Seperti yang diungkapkan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Prof. Nawiyanto, M.A., Ph.D. dalam sambutannya, pada kesempatan itu ia juga menyinggung perihal gunungan yang telah menjadi ikon Fakultas Ilmu Budaya sebagai simbol kehidupan dan kemakmuran, “Fakultas Ilmu Budaya memiliki ikon gunungan yang merupakan simbol kehidupan dan kemakmuran, sehingga FIB diharapkan memberikan kemakmuran bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.”

Beliau mengungkapkan kalimat itu karena adanya kesesuaian amanat Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan, dengan digelarnya pagelaran wayang tersebut telah menunjukkan kepedulian Fakultas Ilmu Budaya untuk melestarikan kebudayaan bangsa. Selain itu, beliau juga menyebutkan bahwa dalam perjalanan Fakultas Ilmu Budaya selama berdiri telah melakukan pelestarian budaya lokal berupa penelitian dan pengabdian masyarakat.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya tersebut juga mengatakan, “Wayang itu memberikan nilai-nilai luhur yang sangat tinggi,” sehingga dapat memberikan pemahaman lain dan membuat budaya Indonesia tetap hidup, nilai-nilai luhur yang dapat diambil dari pertunjukan wayang kulit tersebut kebanyakan ditujukan kepada generasi muda yang saat ini kebanyakan malah menyukai kebudayaan yang berasal dari luar bangsa Indonesia padahal bangsa Indonesia sendiri memiliki kebudayaan beragam yang menarik untuk dipelajari.

Pagelaran malam itu tidak hanya dihadiri oleh civitas akademik Fakultas Ilmu Budaya, tetapi juga Dr. Fendi Setyawan, S.H., M.H., selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan yang mewakili rektor Universitas Jember saat itu karena berhalangan hadir.
Dr. Fendi Setyawan, S.H., M.H., menekankan pentingnya seni dan budaya dalam kehidupan. Menurutnya, budaya merupakan hakikat kehidupan yang menggambarkan cerminan jati diri sebagai bangsa yang mempunyai falsafah hidup kuat, “hal yang paling menyentuh perasaan saya di malam ini adalah rasa antusiasme adik-adik mahasiswa yang luar biasa. Awalnya saya berpikir jika yang menyaksikan pagelaran ini wayang pasti generasi lebih tua, tetapi justru banyak mahasiswa dari Generasi Z yang hadir. Hal ini memberikan semangat baru bahwa ternyata generasi muda masih memiliki kepedulian dan cinta terhadap budaya warisan leluhur bangsa,” ungkapnya saat memberikan sambutan.
Sambutan tersebut dapat disimpulkan bahwa acara pagelaran wayang ini bukan hanya menjadi ajang nostalgia sebagai sejarah budaya tetapi juga sebagai bentuk ajakan kepada mahasiswa terutama generasi muda untuk ikut serta dalam melestarikan budaya bangsa. Dengan menggugah rasa semangat dan cinta terhadap budaya asli Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya berharap para mahasiswa di lingkungan Universitas Jember, terutama Generasi Z tidak hanya sekedar menikmati, tetapi juga menghidupkan dan meneruskan warisan budaya bangsa yang sarat dengan nilai-nilai luhur.
Kontributor: Vini’matu Hikmah & Nanda Komara